Thursday, August 27, 2009

Pengemis Juga WNI


Surabaya News,
Bulan penuh rahmat telah tiba. Seluruh umat muslim menyambutnya dengan gembira dengan menjalankan puasa Ramadhan. Di bulan baik ini, selain menjalankan ibadah puasa, shalat, dan menahan hawa nafsu, diwajibkan pula banyak beramal. Pengertian amal saat ini sangat luas. Ada yang beramal melalui pintu zakat ada pula yang beramal langsung pada fakir miskin.

Namun, kesadaran bagi pemberi amal masih sangat sempit pengertiannya. Mereka berpendapat bahwa amal yang langsung diberikan melalui pintu zakat akan sampai langsung pada yang berhak menerima. Tetapi, fenomena yang terjadi di masyarakat adalah masih banyak orang-orang yang tidak mendapatkannya.

Beberapa pengemis yang masih berkeliaran dan memenuhi lampu lalu lintas. Mereka meminta-minta atas dasar tidak dapat makan. Pihak pemerintah pun memberikan razia pada para pengemis untuk tidak beroperasi di bulan Ramadhan. Karena dianggap menganggu masyarakat yang menggunakan jalan. Apalagi para pengemis juga banyak mendatangi tempat ibadah (masjid) untuk mendapatkan sedekah???

Peduli kasih pada kaum pengemis di Indonesia masih minim, baik itu dari pemerintah atau masyarakat. Masih banyaknya pengemis yang masih berkeliaran dianggap kesalahan pengemis. Bahkan pemerintah menurunkan aturan untuk menjaring dan menangkap bahkan memberi sangsi pada pengemis yang masih berani mengemis di jalan. Wajarkah???

Fenomena ini adalah wacana yang seharusnya diperhatikan oleh manusia-manusia yang masih punya perasaan. Apakah salah jika mereka mengemis untuk sesuap nasi??? Lalu dimana nurani pemerintah yang menurunkan aturan penangkapan bagi pengemis yang beroperasi di jalan-jalan. Seharusnya, pemerintah sadar akan tugas dan kewajibannya untuk melindungi warga negara walaupun mereka seorang pengemis.

Pemerintah Indonesia seharusnya memberikan naungan kepada para pengemis, anak jalanan dan fakir miskin sebuah tempat tinggal yang mampu menampung kehidupan mereka. Untuk membuat sebuah peraturan saja, pemerintah melakukannya dengan baik. Tetapi untuk melakukan rasa kemanusiaan pemerintah masih enggan. Inilah potret yang terjadi di Indonesia. Pemerintahan yang korup, egois, dan lemah.

Kemiskinan di Indonesia masih belum dapat diberantas karena dalam pemerintahan sendiri masih miskin rasa kemanusiaan. Sebuah naluri dari manusia-manusia yang peduli dengan kemanusiaan berpesan kepada pemerintah, lindungilah fakir miskin : pengemis dan anak-anak terlantar. Buatlah sebuah gedung bertingkat jika perlu gedung pencakar langit untuk menampung mereka. Berilah perlindungan pada mereka tanpa mengharapkan imbalan. Rawatlah dan ajari mereka hidup dengan layak dalam asuhan pemerintah. Bisakah negara kita melakukannya? (rhe)

No comments: